Langsung ke konten utama

Menjadi Meneer Belanda

Hasil gambar untuk meneer belanda
Sumber: merdeka.com
Kapan kapal Cornelis de Houtman berlabuh di Pelabuhan Banten? Kejadian yang mengawali masa kolonialisme dan imperialisme di Indonesia ini selalu disebutkan dalam tiap buku Sejarah di sekolah. Di tahun 1596 ini, warga Banten tidak menerima para meneer Belanda karena arogansi yang mereka tunjukkan di tanah orang.
            Konteks sejarah berkaitan erat dengan kejadian di masa lalu. Sebagai makhluk berbudaya, walau kita hidup di masa sekarang demi keberlangsungan hidup di masa depan, sepatutnyalah kita tidak mengabaikan latar belakang budaya kita. Bagaimana caranya? Melalui informasi, juga dokumentasi sebagai bukti, biasanya terekam dalam dokumen tulisan, buku-buku, foto, atau video. Mengingat keterbatasan teknologi di zaman-zaman itu, tidak aneh bila melihat dokumentasi yang kurang interaktif.
            Di era digital ini, yang dulunya hanyalah khayalan sekarang menjadi genggaman. Serial televisi Star Trek yang muncul tahun 60-an misalnya, saat teknologi alat komunikasi genggam hanya menjadi angan-angan dalam film, sekarang siapa yang tidak memilikinya? Ditambah fitur-fitur smart yang melampaui pemahaman kita.
            Bila imajinasi bertemu ilmu pengetahuan, akan menghasilkan hal-hal yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Wujud imajinasi ini terdapat pada film-film aliran science fiction yang terus memuaskan khayalan kita.
Bicara mengenai film, pengembangan teknologi tiga dimensi bahkan empat dimensi sudah tak aneh lagi. Banyak bioskop yang menyediakan fasilitas ini betul-betul serius dalam melayani penikmat film. Misalnya, teater bioskop empat dimensi yang dilengkapi kursi berbasis motion yang bergerak mengikuti karakter dalam film.
Hasil gambar untuk virtual reality
Sumber: google.co.id
Teknologi tiga dimensi bahkan empat dimensi di layar masih belum cukup, kini ramai teknologi virtual reality atau VR di kalangan pengonsumsi gawai. Virtual reality adalah teknologi yang dapat membuat visualisasi tiga dimensi seakan-akan kita dapat berinteraksi di dalamnya.
Virtual reality awalnya dikembangkan oleh perusahaan game untuk menimbulkan kesan nyata dalam bermain. Kini, handphone Android yang sudah mendukung sistem sensor gyroscope dapat mengakses virtual reality. Menurut Sheridan (1992) tiga unsur kunci dari virtual reality adalah, informasi sensoris, kontrol hubungan sensor ke lingkungan, dan kemampuan untuk memodifikasi lingkungan yang diciptakan komputer.
Teknologi ini peka dengan sensor, karena itulah dibutuhkan perangkat pendukung, seperti helm bertampilan tiga dimensi yang bertujuan menghubungkan pikiran pengguna dengan komputer, sarung tangan khusus yang berfungsi mengirimkan sensor gerakan tangan, walker yang menghubungakan gerakan kaki, dan headset yang mengirimkan efek suara pada pengguna.
Kecanggihan ini bila diterapkan pada pelajaran Sejarah di sekolah tentu akan meningkatkan ketertarikan siswa. Stereotype Sejarah yang membosankan akan tergeser oleh kesan menyenangkan.
Bayangkan saja, pada materi Kerajaan Majapahit, siswa akan menggunakan virtual reality dan bertindak seakan-akan mereka adalah Mahapatih Hayam Wuruk, Raden Wijaya, atau bahkan menjadi Gubernur Jenderal Daendels pada zaman penjajahan. Selain membangun suasana, emosi siswa juga terlibat. Dalam hal ini bagaimana siswa berlaku sesuai karakter yang diperankannya. Sudah tentu, virtual reality dapat membangun pemahaman siswa terhadap situasi suatu peristiwa sejarah.
Hasil gambar untuk virtual reality
Sumber: google.co.id
Sejauh ini penggunaan virtual reality lebih banyak pada hiburan dan mulai memasuki ranah media massa. Cepat atau lambat, teknologi virtual reality akan menyentuh aspek lain, salah satunya tentu saja pada pendidikan. Bagi guru-guru di era baru, ini merupakan keistimewaan dalam proses belajar-mengajar yang lebih interaktif. Guru tidak melulu menjelaskan dan siswa mendengarkan, tetapi alur komunikasinya dapat berjalan dua arah sehingga suasana kelas menjadi lebih ‘hidup’. Bersama keterampilan lain, para guru yang menerapkan teknologi memiliki kesempatan lebih untuk mencerdaskan bangsa. (ara, 2017).

Artikel ini diikutkan dalam Lomba Menulis Guru Era Baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First post

Menulis itu sulit. Bagi saya yang tidak bisa menyortir buah pikir, menulis itu sulit. Sialnya (atau untungnya), pekerjaan tulis-menulis ini menjadi keterampilan dasar yang harus dipelajari di kampus. Inilah mengapa, dokumen Ms. Word di laptop mulai bertumpuk tanpa kearsipan yang jelas. Mencoba menjadi mahasiswa produktif, dibuatlah blog ini. Namun bukan jaminan kontennya akan bersifat ‘akademis’. Bisa jadi hanya keluhan atau opini yang berdasar pada feeling , atau bahkan sisa-sisa tugas kampus yang siapa tahu bermanfaat suatu hari nanti.